Senin, 01 Desember 2014

Rumah Kedua



Rumah kedua aku adalah asrama di SMA plus Pesantren Amanah Tasikmalaya tepatnya dijalan Sambongjaya no.50 kec.Mangkubumi Kota Tasikmalaya, selama 3tahun terakhir aku lebih banyak ngabisin waktu disana dibanding dirumah sendiri, soalnya disana ngewajibin semua muridnya dari kelas 1SMP-3SMA harus tinggal diasrama yang letak asrama dan sekolahnya dalam satu gerbang yang sama. Awalnya tinggal disana emang gak nyaman selalu pengen pulang mungkin karena belum terbiasa sama kegiatan-kegiatan disana, Yaa namanya pesantren pastinya aku gak bisa senyantai waktu masih SMP yang sebelumnya aku di SMP umum.
SMP SMA plus Pst Amanah ini memang bukan sekolah yang dengan bangunan megah nan mewah



Murid-murid disana pun tidak banyak karena mungkin pihak sekolah dan pesantren sendiri menyesuaikan penerimaan siswa dengan fasilitas yang ada tetapi sekolah ini peminatnya gak Cuma orang-orang lokal Tasikmalaya aja, tapi dari berbagai daerah diIndonesia dari mulai Lampung,Jakarta,Bandung,Bali,Kalimantan,Jogja,Surabaya bahkan orang NTB ada disana. Hal itu lumayan bikin kita sebagai alumni tentunya gak kaget lagi kalo nantinya dimasa Perguruan tinggi harus berhadapan dengan karakter orang-orang dari berbagai daerah yang berbeda.

Sekolah yang berbasis islam ini memiliki banyak peraturan,kita sebagai murid disana dan tinggal diasrama dilarang keras membawa Handphone dan juga Kendaraan,karena kedua alat tersebut bisa memperlancar kita untuk kabur atau meninggalkan asrama tanpa izin, Peraturan tersebut juga menurutku bagus karena kalau semua murid disana bebas membawa hape dan kendaraan tentunya akan sangat terlihat perbedaan sosial diantaranya. Selain itu sekolah ini juga melarang murid-muridnya menggunakan bahasa daerah dilingkungan sekolah dan asrama, kenapa? Karena itu tadi yang tinggal disana gak cuma orang-orang sunda saja tetapi ada juga dari berbagai daerah lain,bukan cuma bahasa daerah yang dilarang tetapi bahasa Indonesia pun dilarang digunakan dalam kehidupan sehari hari, Terus kita pake bahasa apa? Ya,kita disana diwajibkan sehari-hari menggunakan bahasa Inggris dan Arab ada beberapa  hukuman kalo kita sampe ketauan menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia dilingkungan sekolah atau asrama, bentuk hukumannya mendidik dari mulai hafalan vocab,hafalan surat-surat pendek sampai membuat pidato dengan menggunakan bahasa arab/inggris.

Penggunaan 2 bahasa asing tersebut dalam satu bulan itu minggu satu dan minggu tiga menggunakan bahasa Inggris sedangkan minggu dua dan minggu empat kita menggunakan bahasa Arab. Aku sih disana Cuma SMAnya doang jadi Bahasa Arab sama Inggrisnya gak selancar temen-temen aku yang udah sekolah disana dari mulai mereka SMP.

Gak cuma masalah kedisiplinan bahasa,disana juga kita didisiplinkan masalah perizinan meninggalkan Asrama, kebetulan disana libur sekolahnya hari Jum’at dan pada hari minggu sekolah seperti biasa. Dalam satu bulan kita cuma dapet jatah keluar pesantren dua kali saja yaitu minggu satu dan tiga untuk santriwan dan minggu dua dan minggu empat perizinan untuk santriwati, kecuali sakit atau ada urusan keluarga itu deiperbolehkan kita meninggalkan asrama dengan waktu yang ditentukan oleh pemberi izin.

Disana juga kita dilatih untuk berorganisasi dan ikut serta dalam memajukan pesantren, jadi pas kelas 2SMA semua muridnya diwajibkan untuk menjadi pengurus. Pengurus disini bertugas untuk mengawasi dan memberi sanksi bagi adik-adik kelasnya yang melanggar peraturan yang sudah ada. Dari mulai pelanggaran Bahasa (menggunakan bahasa daerah dan bahasa Indonesia dilingkungan sekolah dan asrama), pelanggaran Dakwah (jarang pergi kemesjid untuk shalat berjamaah bersama), pelanggaran Keamanan (membawa Handphone,kabur,sering telat dateng ke kelas, sering makan minum sambil berdiri), pelanggaran Kebersihan (sering buang sampah sembarangan,lemari dan kasurnya selalu bernatakan). Hukuman dari semua pelaggaran itu bersifat edukatif dan tentunya memberikan efek jera bagi para pelanggar contohnya: Bagi pelanggar yang sudah sering melanggar selama seminggu dia memakai name tag denga tulisan sesuai apa yang dia langgar, dipajang atau diberdirikan dipinggir lapangan (dgn menggunakan name tag) sambil menghafal surat-surat pendek.

Karena setiap malam setelah shalat isya di Amanah itu ada pembagian vocab sehari-hari nah yang jadi pengurus ini juga bertugas memberikan vocab tersebut, setiap malam Jum’at juga ada “Muhadarah” atau “Publik Speaking” itu dibagi beberapa kelompok dari mulai kelas 1SMP-1SMA mereka harus berpidato dengan menggunakan bahasa arab atau inggris sesuai dengan jadwalnya, pengurus disinilah yang mengawasi dan memberikan nilai karena diakhir semester nanti akan ada reward bagi siapa saja yang pidatonya paling bagus dan paling percaya diri.

Dari cerita diatas selau bercerita tentang kelas 1SMP-2SMA, terus tugas kelas 3SMA apa? Kelas 3SMA disana atau lebih akrab disebut santri kelas akhir tidak lagi dipusingkan dengan kegiatan-kegiatan asrama,kita tetap wajib tinggal diasrama tetapi tidak mengikuti berbagai kegiatan seperti Muhadarah,Mufrodatz,Muhadatsah dll, Kelas 3SMA ini fokus belajar karena sebelum meninggalkan Amanah ini banyak sekali Ujiannya dari mulai Ujian Pesantren (tulis dan lisan) Ujian Sekolah, Ujian Nasional, Menyiapkan perguruan tinggi, dan ada satu lagi ujian yang mungkin dirasa paling berat oleh siswa siswi kelas 3SMA disana, yaitu ada ujian “Amaliyah Tadris” atau “Praktek Mengajar”. Praktek mengajar ini benar-benar menjadi ujian terberat kami pada saat itu karena kita harus mengajar adik-adik kelas kita hanya dengan 2pilihan bahasa yaitu jika kita mengajar pelajaran pesantren maka harus menggunakan bahsa Arab dan jika kita mengajar pelajaran umum maka kita harus mengajar menggunakan bahasa Inggris. Yaa walaupun Cuma sekali dan dengan durasi 80 menit tetapi itu benar-benar menjadi tantangan besar kami untuk bisa lulus mendapatkan ijazah sekolah dan juga ijazah pesantren.

Amaliyah Tadris ini dibagi menjadi beberapa kelompok, dan ini kelompokku,


Teman-teman kelompok ini bertugas untuk mengkritik kesalahan apa saja yang kita lakukan selama mengajar tersebut, selain diawasi oleh kelompok sendiri Amaliyah Tadris ini juga kita diawasi oleh dua orang Guru,beliau disana juga sama tugasnya seperti temen-temen kelompok tadi selain itu mereka juga nanti yang memberikan nilai dan menentukan apakah praktek mengajar kita layak lulus atau tidak.

Amaliyah Tadris ini perannya sangat penting karena jika kita tidak layak untuk lulus maka kita diberi kesempatan untuk mengulang, karena inilah syarat kita mendapatkan ijazah pesantren. Amaliyah Tadris tersebut berlangsung 2minggu sebelum pengumuman UN, dan Alhamdulillah angkatanku semuanya langsung lulus tanpa ada yang harus mengulang Amaliyah Tadris tersebut. , Setelah dinyatakan semua lulus di Amaliyah Tadris pengumuman UN pun tiba dan Alhamdulillah Lulus 100%, setelah serangkain kegiatan menuju lulus dari Amanah telah selesai kita tinggal menunggu waktu Perpisahan tiba setelah itu kita benar-benar pulang kerumah.






Tinggal diasrama itu menyenangkan, kita hidup bersama dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi,banyak pengalaman juga dan jujur aku sendiri merasa beruntung pernah menuntut ilmu dan tinggal disana apalagi setalah mendengar bagaimana pergaulan teman-teman diluar sana yang mereka mungkin sebagian bebas bergaul dan berujung pada kegiatan-kegiatan yang negatif, dengan pernah merasakan tinggal diasrama dan jauh dari orangtua juga sekarang terasa ketika kita sudah hidup sendiri dikosan apalagi sebelumnya pernah tinggal dilingkungan pesantren jadi sekarang kita tau batasan-batasan pergaulan walaupun sekarang kita sudah hidup sendiri-sendiri tidak lagi bersama seperti tiga tahun kebelakang.