Rumah kedua
aku adalah asrama di SMA plus Pesantren Amanah Tasikmalaya tepatnya dijalan
Sambongjaya no.50 kec.Mangkubumi Kota Tasikmalaya, selama 3tahun terakhir aku
lebih banyak ngabisin waktu disana dibanding dirumah sendiri, soalnya disana
ngewajibin semua muridnya dari kelas 1SMP-3SMA harus tinggal diasrama yang
letak asrama dan sekolahnya dalam satu gerbang yang sama. Awalnya tinggal
disana emang gak nyaman selalu pengen pulang mungkin karena belum terbiasa sama
kegiatan-kegiatan disana, Yaa namanya pesantren pastinya aku gak bisa senyantai
waktu masih SMP yang sebelumnya aku di SMP umum.
SMP SMA plus
Pst Amanah ini memang bukan sekolah yang dengan bangunan megah nan mewah
Murid-murid disana pun tidak banyak karena mungkin pihak sekolah dan pesantren sendiri
menyesuaikan penerimaan siswa dengan fasilitas yang ada tetapi sekolah ini
peminatnya gak Cuma orang-orang lokal Tasikmalaya aja, tapi dari berbagai
daerah diIndonesia dari mulai Lampung,Jakarta,Bandung,Bali,Kalimantan,Jogja,Surabaya
bahkan orang NTB ada disana. Hal itu lumayan bikin kita sebagai alumni tentunya
gak kaget lagi kalo nantinya dimasa Perguruan tinggi harus berhadapan dengan
karakter orang-orang dari berbagai daerah yang berbeda.
Sekolah yang
berbasis islam ini memiliki banyak peraturan,kita sebagai murid disana dan
tinggal diasrama dilarang keras membawa Handphone dan juga Kendaraan,karena
kedua alat tersebut bisa memperlancar kita untuk kabur atau meninggalkan asrama
tanpa izin, Peraturan tersebut juga menurutku bagus karena kalau semua murid
disana bebas membawa hape dan kendaraan tentunya akan sangat terlihat perbedaan
sosial diantaranya. Selain itu sekolah ini juga melarang murid-muridnya
menggunakan bahasa daerah dilingkungan sekolah dan asrama, kenapa? Karena itu
tadi yang tinggal disana gak cuma orang-orang sunda saja tetapi ada juga dari
berbagai daerah lain,bukan cuma bahasa daerah yang dilarang tetapi bahasa
Indonesia pun dilarang digunakan dalam kehidupan sehari hari, Terus kita pake
bahasa apa? Ya,kita disana diwajibkan sehari-hari menggunakan bahasa Inggris
dan Arab ada beberapa hukuman kalo kita
sampe ketauan menggunakan bahasa daerah atau bahasa Indonesia dilingkungan
sekolah atau asrama, bentuk hukumannya mendidik dari mulai hafalan
vocab,hafalan surat-surat pendek sampai membuat pidato dengan menggunakan
bahasa arab/inggris.
Penggunaan 2
bahasa asing tersebut dalam satu bulan itu minggu satu dan minggu tiga
menggunakan bahasa Inggris sedangkan minggu dua dan minggu empat kita
menggunakan bahasa Arab. Aku sih disana Cuma SMAnya doang jadi Bahasa Arab sama
Inggrisnya gak selancar temen-temen aku yang udah sekolah disana dari mulai
mereka SMP.
Gak cuma
masalah kedisiplinan bahasa,disana juga kita didisiplinkan masalah perizinan
meninggalkan Asrama, kebetulan disana libur sekolahnya hari Jum’at dan pada
hari minggu sekolah seperti biasa. Dalam satu bulan kita cuma dapet jatah
keluar pesantren dua kali saja yaitu minggu satu dan tiga untuk santriwan dan
minggu dua dan minggu empat perizinan untuk santriwati, kecuali sakit atau ada
urusan keluarga itu deiperbolehkan kita meninggalkan asrama dengan waktu yang
ditentukan oleh pemberi izin.
Disana juga
kita dilatih untuk berorganisasi dan ikut serta dalam memajukan pesantren, jadi
pas kelas 2SMA semua muridnya diwajibkan untuk menjadi pengurus. Pengurus
disini bertugas untuk mengawasi dan memberi sanksi bagi adik-adik kelasnya yang
melanggar peraturan yang sudah ada. Dari mulai pelanggaran Bahasa (menggunakan
bahasa daerah dan bahasa Indonesia dilingkungan sekolah dan asrama), pelanggaran
Dakwah (jarang pergi kemesjid untuk shalat berjamaah bersama), pelanggaran
Keamanan (membawa Handphone,kabur,sering telat dateng ke kelas, sering makan
minum sambil berdiri), pelanggaran Kebersihan (sering buang sampah
sembarangan,lemari dan kasurnya selalu bernatakan). Hukuman dari semua
pelaggaran itu bersifat edukatif dan tentunya memberikan efek jera bagi para
pelanggar contohnya: Bagi pelanggar yang sudah sering melanggar selama seminggu
dia memakai name tag denga tulisan sesuai apa yang dia langgar, dipajang atau
diberdirikan dipinggir lapangan (dgn menggunakan name tag) sambil menghafal
surat-surat pendek.
Karena
setiap malam setelah shalat isya di Amanah itu ada pembagian vocab sehari-hari
nah yang jadi pengurus ini juga bertugas memberikan vocab tersebut, setiap
malam Jum’at juga ada “Muhadarah” atau “Publik Speaking” itu dibagi beberapa
kelompok dari mulai kelas 1SMP-1SMA mereka harus berpidato dengan menggunakan
bahasa arab atau inggris sesuai dengan jadwalnya, pengurus disinilah yang
mengawasi dan memberikan nilai karena diakhir semester nanti akan ada reward
bagi siapa saja yang pidatonya paling bagus dan paling percaya diri.
Dari cerita
diatas selau bercerita tentang kelas 1SMP-2SMA, terus tugas kelas 3SMA apa?
Kelas 3SMA disana atau lebih akrab disebut santri kelas akhir tidak lagi
dipusingkan dengan kegiatan-kegiatan asrama,kita tetap wajib tinggal diasrama
tetapi tidak mengikuti berbagai kegiatan seperti Muhadarah,Mufrodatz,Muhadatsah
dll, Kelas 3SMA ini fokus belajar karena sebelum meninggalkan Amanah ini banyak
sekali Ujiannya dari mulai Ujian Pesantren (tulis dan lisan) Ujian Sekolah,
Ujian Nasional, Menyiapkan perguruan tinggi, dan ada satu lagi ujian yang mungkin dirasa paling berat oleh
siswa siswi kelas 3SMA disana, yaitu ada ujian “Amaliyah Tadris” atau “Praktek
Mengajar”. Praktek mengajar ini benar-benar menjadi ujian terberat kami pada
saat itu karena kita harus mengajar adik-adik kelas kita hanya dengan 2pilihan
bahasa yaitu jika kita mengajar pelajaran pesantren maka harus menggunakan
bahsa Arab dan jika kita mengajar pelajaran umum maka kita harus mengajar
menggunakan bahasa Inggris. Yaa walaupun Cuma sekali dan dengan durasi 80 menit
tetapi itu benar-benar menjadi tantangan besar kami untuk bisa lulus
mendapatkan ijazah sekolah dan juga ijazah pesantren.
Amaliyah
Tadris ini dibagi menjadi beberapa kelompok, dan ini kelompokku,
Teman-teman
kelompok ini bertugas untuk mengkritik kesalahan apa saja yang kita lakukan
selama mengajar tersebut, selain diawasi oleh kelompok sendiri Amaliyah Tadris
ini juga kita diawasi oleh dua orang Guru,beliau disana juga sama tugasnya
seperti temen-temen kelompok tadi selain itu mereka juga nanti yang memberikan
nilai dan menentukan apakah praktek mengajar kita layak lulus atau tidak.
Tinggal diasrama itu menyenangkan, kita hidup bersama dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi,banyak pengalaman juga dan jujur aku sendiri merasa beruntung pernah menuntut ilmu dan tinggal disana apalagi setalah mendengar bagaimana pergaulan teman-teman diluar sana yang mereka mungkin sebagian bebas bergaul dan berujung pada kegiatan-kegiatan yang negatif, dengan pernah merasakan tinggal diasrama dan jauh dari orangtua juga sekarang terasa ketika kita sudah hidup sendiri dikosan apalagi sebelumnya pernah tinggal dilingkungan pesantren jadi sekarang kita tau batasan-batasan pergaulan walaupun sekarang kita sudah hidup sendiri-sendiri tidak lagi bersama seperti tiga tahun kebelakang.